Watak Suatu Bangsa 4
SERIAL MIGRASI #4: Bahasa Bukan Bukti Leluhur
"Kata bisa mengembara, tapi watak dan jiwa tidak semudah itu berpindah."
Salah satu fondasi kuat dalam teori migrasi Taiwan adalah linguistik. Bahasa Austronesia disebut berasal dari Taiwan, lalu menyebar ke Filipina dan Nusantara. Karena kesamaan kosakata, maka disimpulkan bahwa orang Indonesia berasal dari Taiwan. Tapi… apakah bahasa selalu menunjukkan asal-usul biologis?
1. Bahasa bisa menyebar tanpa orangnya.
Bahasa adalah alat, bukan darah. Bahasa bisa menyebar karena:
Perdagangan: Orang bisa memakai bahasa asing demi keuntungan ekonomi, seperti bahasa Arab di pelabuhan Nusantara, atau bahasa Sansekerta di masa Hindu-Buddha.
Penaklukan: Bahasa bisa menjadi simbol dominasi, seperti Latin di Eropa, tapi bukan berarti semua orang Latin adalah satu ras.
Prestise budaya: Orang Indonesia banyak yang fasih bahasa Inggris, tapi bukan berarti kita berasal dari Inggris.
2. Kata tidak sama dengan jiwa.
Bahasa memang bisa mirip, tapi jiwa di balik bahasa itu tidak selalu satu. Bahasa Batak, Minang, Bugis, dan Jawa mungkin punya akar Austronesia, tapi sistem nilai, adat, dan filosofi hidupnya sangat berbeda. Apakah logis kalau semua itu berasal dari satu sumber yang sama?
Coba renungkan:
Bahasa Indonesia dan Malaysia hampir sama, tapi psikologi sosial dan watak masyarakatnya berbeda.
Bahasa India Utara dan Eropa punya akar Indo-Eropa, tapi apa budaya mereka sama?
3. Bahasa bisa berkembang, bahkan tanpa migrasi.
Bahasa adalah makhluk hidup. Ia bisa berubah karena kontak budaya, perubahan alam, atau penyesuaian kebutuhan hidup. Di wilayah kepulauan seperti Indonesia, penyebaran bahasa bisa terjadi karena komunikasi lintas pulau, bukan karena eksodus besar-besaran dari satu tempat.
4. Siapa yang menguasai kerangka linguistik?
Ilmu linguistik yang digunakan untuk mendukung teori migrasi Taiwan dibangun dengan kerangka pemikiran Eropa. Pengelompokan, penamaan rumpun, bahkan “peta bahasa” ditentukan dari laboratorium dan universitas luar negeri. Kita hanya menjadi objek penelitian, bukan subjek yang menentukan arah.
---
Penutup: Bahasa Adalah Jejak, Bukan Kunci Tunggal
Bahasa bisa menjadi petunjuk, tapi tidak bisa berdiri sendiri sebagai bukti leluhur. Kita butuh pendekatan holistik: sejarah lokal, warisan arkeologis, tradisi lisan, dan tentu saja: watak.
Jangan biarkan teori bahasa menutup mata kita terhadap bukti lain yang tidak kalah penting.
Komentar
Posting Komentar