Watak Suatu Bangsa 2
SERIAL MIGRASI #2: Watak Leluhur Sebagai Petunjuk Sejarah
"Watak bukan sekadar pembawaan, tapi jejak peradaban."
Kita sering mendengar bahwa watak atau karakter suatu suku terbentuk karena lingkungan, budaya, dan sejarah yang mereka jalani. Tapi jarang ada yang mengangkatnya sebagai petunjuk penting dalam melacak akar leluhur.
Padahal, watak tidak datang tiba-tiba. Ia terbentuk dari pola bertahan hidup, dari kebiasaan turun-temurun yang diwariskan bukan hanya lewat darah, tapi lewat naluri, nilai-nilai, dan insting kolektif.
Watak Tidak Pernah Bohong
Ambillah contoh watak suku yang hidup di wilayah bergunung, di mana pertahanan diri sangat penting. Mereka cenderung memiliki karakter keras, tegas, sulit tunduk. Sementara di wilayah yang subur dan mudah dikuasai penjajah, wataknya bisa lebih lentur, tunduk, penuh perhitungan.
Watak ini menjadi peninggalan psikologis, yang bisa jadi lebih jujur dibanding naskah sejarah yang ditulis pemenang.
Mengapa Belanda Tak Memilih Sumatera untuk KNIL?
Pertanyaan sederhana: jika teori migrasi benar bahwa semua nenek moyang kita sama, kenapa penjajah Belanda sangat selektif dalam memilih suku untuk jadi tentara bayaran mereka?
Mengapa yang direkrut besar-besaran adalah suku dari wilayah tertentu? Kenapa wilayah seperti Sumatera Barat, Aceh, atau sebagian Kalimantan justru banyak dimasukkan ke pendidikan guru atau menjadi juru bahasa, bukan tentara?
Jawabannya ada pada watak. Bangsa penjajah tahu, tidak semua watak bisa dibentuk jadi alat penjajahan. Ada watak yang terlalu keras kepala, terlalu cepat membangkang, atau terlalu mudah mati demi harga diri.
Watak Itu Tampil Saat Tekanan, Bukan Saat Santai
Watak sejati muncul dalam keadaan tertekan. Saat lapar, terancam, atau terpojok—itulah momen ketika karakter asli keluar.
Itu sebabnya bangsa yang lahir dari sejarah penderitaan panjang sering kali lebih kuat karakternya. Mereka lebih peka terhadap pengkhianatan, lebih sulit tunduk terhadap tipu daya, dan lebih tahan banting terhadap cobaan hidup.
Jadi, Mengapa Ini Penting dalam Bahasan Migrasi?
Karena jika kita benar berasal dari satu asal yang sama—dari Taiwan misalnya—kenapa watak leluhur kita bisa sangat berbeda? Seharusnya wataknya seragam, bukan?
Perbedaan watak inilah yang membuktikan bahwa leluhur bangsa ini bukan datang dari satu pintu migrasi saja. Mungkin ada arus lain, dari daratan Asia Selatan, dari pesisir Persia, dari Arab Selatan, dari India, dari Cina kuno yang non-Taiwan, bahkan dari tempat yang lebih tua.
Penutup: Watak Adalah Jejak yang Tidak Tercatat Tapi Terasa
Sejarah bisa dipalsukan, artefak bisa dimanipulasi, tapi watak? Sulit ditutupi. Dan kalau kita ingin mengenali dari mana bangsa kita berasal, maka lihatlah watak leluhurnya. Bukan hanya darahnya.
---
Komentar
Posting Komentar