Asal-usul Leluhur bagian 3

 Gelombang Kedua Persia: Pengaruh dan Asimilasi di Nusantara


Mengapa India?


Sebelum membahas lebih lanjut tentang Persia, kita harus memulai dengan India, karena pengaruh yang disebut-sebut berasal dari wilayah ini, meskipun saya rasa ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan mungkin banyak yang tidak kita sadari.


Kita tahu bahwa Harappa dan Mohenjo-Daro adalah dua situs peradaban besar yang telah ada di India jauh sebelum Masehi. Mereka memiliki teknologi dan sistem yang sangat maju untuk ukuran zaman tersebut. Lantas, jika India telah memiliki peradaban yang canggih ratusan tahun sebelum Masehi, mengapa di era modern ini sanitasi mereka masih sangat buruk dibandingkan dengan zaman dahulu? Bagaimana mungkin masyarakat mereka yang dahulu sangat membanggakan peradaban kini memiliki persoalan besar terkait dengan kasta dan diskriminasi sosial?


Saya meragukan bahwa peradaban India modern adalah kelanjutan langsung dari peradaban Harappa dan Mohenjo-Daro. Secara logika, ada perbedaan yang sangat besar antara kondisi peradaban masa lalu dengan masyarakat modern yang ada di India. Sebuah kemungkinan yang lebih kuat adalah bahwa peradaban besar tersebut mungkin datang dari peradaban luar yang mempengaruhi India, kemungkinan besar kaum Arya.


Pengaruh Persia di India: Era 500 SM dan Zoroastrianisme


Kedatangan Persia ke India dimulai sekitar 500 SM, yang membawa serta banyak elemen baru, tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga budaya dan arsitektur. Pengaruh Persia jelas terasa di India, khususnya terkait dengan pengenalan konsep Zoroastrianisme, yang mengajarkan monoteisme, serta keterkaitannya dengan ajaran-ajaran yang dikenal di Weda dan sistem Indo-Eropa.


Di India, pengaruh Persia sangat besar, baik dalam kebudayaan, agama, dan sistem sosial. Mereka mempengaruhi Hindu dan cara pandang tentang alam semesta, kehidupan, serta kosmos, yang sangat erat dengan kepercayaan Zoroastrianisme.


Kedatangan Persia ke Nusantara: Prediksi dan Dampaknya

Kemunduran Mesir dan Kebangkitan Persia


Setelah era kejayaan Firaun, Mesir mengalami kemunduran besar pasca Dinasti ke-20 (sekitar 1070 SM). Invasi dari bangsa asing seperti Libya, Nubia, dan kemudian Persia (525 SM) menyebabkan Mesir kehilangan kendali atas jalur dagang maritim yang sebelumnya mereka kuasai.

Di sisi lain, Persia di bawah kekuasaan Dinasti Achaemenid (Cyrus, Cambyses, Darius) justru tumbuh menjadi kekuatan superpower dunia. Mereka menguasai bukan hanya daratan Timur Tengah, tetapi juga jalur laut di sekitar Laut Arab, Teluk Persia, bahkan Samudera Hindia.


Kesimpulan:

Ketika Mesir melemah, Persia mengambil alih jalur-jalur perdagangan internasional, termasuk kemungkinan jalur rempah ke Sumatra.



---


Persia dan Penguasaan Perdagangan (500–100 SM)


Pada masa 500–100 SM, Persia tidak hanya memperluas kekuasaan daratan, tetapi juga memaksimalkan kendali atas perdagangan laut.

Mengingat kebutuhan akan kapur barus, kayu manis, dan kemenyan untuk upacara keagamaan dan pengobatan di Persia dan Mesir, Sumatra menjadi target penting.


Proses Asimilasi Awal:


Persia masuk Sumatra dalam bentuk perdagangan, bukan kolonisasi.


Proses ini lambat namun dalam: interaksi budaya, bahasa, dan filosofi, tapi tidak merubah sistem kepercayaan Melayu Proto yang sudah berorientasi monoteisme.



Inilah cikal bakal munculnya konsep Melayu Detro — yakni Melayu dengan pengaruh Persia yang kuat.



---


Hindu Persia vs Hindu India: Gelombang Masuk ke Nusantara (Abad ke-1 M)


Pada awal abad ke-1 M, pengaruh India yang tercatat dalam sejarah adalah sebenarnya pengaruh India yang sudah ter-Persia-kan — bukan India murni.

Artinya, Hindu yang datang membawa nuansa yang lebih Persia dalam sifat dan sistem nilai:


Tidak mengharuskan penggantian kepercayaan asli.


Lebih fleksibel dan adaptif terhadap budaya lokal.



Karena itu:


Di Sumatra, Hindu tidak menjadi agama mayoritas.


Kepercayaan lokal Melayu yang lebih monoteistik tetap bertahan kuat.


Sebaliknya di Jawa dan Bali, Hindu India yang lebih dogmatis masuk lebih kuat dan diterima luas.




---


Kenapa Sumatra Tidak Mayoritas Hindu-Budha?


Jawaban sederhananya adalah karena proses asimilasi Persia yang lebih awal dan lebih dalam.

Melayu Sumatra sudah “menyerap” budaya Persia jauh sebelum gelombang Hindu India datang.

Mereka tidak merasa perlu mengadopsi agama Hindu secara penuh karena:


Budaya Melayu Proto sudah dekat dengan konsep monoteisme Persia.


Persia tidak memaksa konversi agama, lebih fokus pada perdagangan dan budaya.


Sumatra menyerap budaya persia, tapi tidak dengan Agama nya. 

Jawa/bali menyerap Agamanya tapi tidak dgn budaya nya


---


Chola: Agen Persia di Asia Tenggara


Kerajaan Chola (berkembang abad ke-9 hingga 13 M) adalah contoh dari entitas politik yang berkembang berkat warisan budaya Persia-India.

Namun ketika pengaruh Persia di dunia mulai menurun (terutama setelah serangan Mongol dan kejatuhan Baghdad), Chola pun perlahan-lahan meredup dan akhirnya runtuh.



---


Kesimpulan Besar:


Gelombang Persia membawa perubahan budaya besar di Sumatra.


Hindu India yang datang kemudian tidak mengubah secara total karena pondasi budaya Melayu sudah terbentuk kuat sebelumnya.


Sumatra tetap mempertahankan karakter monoteistiknya sampai era Islam masuk — inilah kenapa Aceh dan Sumatra sangat cepat menerima Islam tanpa benturan besar.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ranup lampuan klip

Ranup lampuan klip

Leluhur Indonesia dari Taiwan? Atau Taiwan dari Indonesia?